Thursday, October 11, 2018

Stranger by The Plane

Ada sedikit cerita nih pas perjalanan balik gue ke Indonesia. By the way gue udah di Indonesia lagi setelah 2 tahun menempuh gelar master tanpa pulang dan akhirnya beres juga, karena gue merasa urusan gue di Taiwan udah beres semua jadinya gue ya pulang deh. Banyak sih alasan dan pertimbangan kenapa saya memilih pulang, padahal sudah betah dan kualitas hidup disana lebih nyaman tapi ya itu hidup harus memilih.

Jadi pas perjalanan pulang gue pakai pesawat dengan 3 kali penerbangan, 2 kali penerbangan luar (ini sebenarnya bisa aja cuman 1 kali cuman berat di ongkos) dan 1 kali penerbangan domestik. Gue perlu penerbangan domestik dari Jakarta ke kampung halaman gue di kota Banjarmasin. Jadi rute lengkapnya itu Taipei - Singapore, Singapore - Jakarta, Jakarta - Banjarmasin. Jeda antar penerbangan cuma rata-rata sekitar 2 jam, jadi waktu itu gue emang gak mau berlama-lama atau mampir-mampir di tempat gue transit, karena emang mau buru-buru sampai Banjarmasin. Kenapa buru-buru? Karena waktu itu gue masih ada acara di Taiwan sampai tanggal 31 agustus sore dan mepetnya saya juga ada acara di Indonesia tgl 2 september pagi, acara tanggal 2 ini penting banget soalnya nikahan sahabat zaman kuliah dulu akrab banget which is harus gue bela-belain datang. Jadi intinya gue cuma punya waktu 1 hari tanggal 1 september itu buat terbang dari Taipei ke Banjarmasin secepat mungkin.

Jadi pas pulang dari Taipei ke bandara (letak bandara Taiwan itu ada di kota Taoyuan) diantar sama teman kamar dan teman nongkrong, yang rempongnya mereka ngantar sampai check point yang beda-beda ada yang sampai MRT, MRT airport dan ada juga yang sampai garis terakhir di bandara nya. Jadi perjalanannya yang harusnya sebentar jadi agak lama karena harus say goodbye dan acara peluk-pelukan dulu disetiap check point. Setelah beres pisah sama orang-orang gue akhirnya terbang sekitar jam 1 dini hari dari Taipei ke Singapore. So far penerbangan ini baik-baik biasa aja sih, untungnya gue dapat seat yang samping jendala jadi pas gitu posisinya buat ngegalau. Selama penerbangan banyak ngehabisin waktu baca novel Ready Player One, dengerin lagu dan tidur, mostly tidur aja sih karena ya penerbangan di jam tidur, juga yang duduk disamping gue juga gak asik cuman sepasang orang Taiwan yang mau honeymoon gitu sepertinya. Karena tidur tak terasa sudah sampai aja subuh di bandara Singapore. Disana cuman transit 2 jam, ya dibawa muter-muter aja sampe 7 kali dan gak terasa udah mau boarding lagi.

Di penerbangan yang ini gue gak dapat samping jendela dapatnya di tengah, samping kiri gue orang Indonesia bapak2 dan selama penerbangan tidur aja, so forget it. Kalau samping kanan gue cewek kayaknya seumuran sih. Dilihat dari luar kayaknya ini orang Indonesia bagian timur gitu deh. Kulitnya coklat seksi gitu. Awalnya sih gak ada ngobrol, gue juga fokus dengerin lagu dan baca novel. Gak bisa tidur sih soalnya penerbangannya pagi dan sudah puas tidur di flight sebelumnya, jadinya flight yang sebentar jadi berasa lama. Terus entah kenapa flight kali ini banyak sekali goncangan-goncangan dan sering, katanya sih karena cuaca lagi jelek. Karena goncangan pesawatnya lumayan gede dan sering, gue agak sedikit panik gitu, baca dan denger lagu udah gak fokus lagi. Karena mungkin muka saya keliatan banget lagi kelihatan panik, mbak yang sebelah nepuk bahu gue dan terjadilah percakapan yang agak awkward tapi ya menarik sih. Di bilang, "Are you okay"? Gue bilang aja goncangan nya bikin ngeri dan gue bilang udah lama gak terbang jadi ya agak gugup. Dia ngomong pakai english pas gue tanya-tanya ternyata dia orang Papua New Guinea, I really have no idea she is from there, mukanya Indonesia timur banget, mungkin sama kali yaaa. Terus dia bilang dari Maldives dia dari sana dan kerja disana, I also have no idea where exactly that place is, I just know that place is an paradise island on earth, but I don't know more. Dia bilang dia disana kerja sebagai event planner di salah satu resort disana, yang ngurusin kalau ada yang mau ulang tahun, honeymoon atau sekedar orang-orang crazy rich yang mau liburan kesana. Setau saya mahal sih kalau mau liburan kesana, secara dia katanya pulau terpencil dan jauh, katanya gak ada flight nya kesana harus naik boat atau naik helikopter. Awalnya gue mikir enak juga yaaa kerjanya asik si tempat yang bagus, pasti happy kerja kayak dia, tapi setelah dipikir-pikir malah ribet juga pasti nanti juga bosan, perjalanan keluar susah, terus mahal dan jauh lagi dari kota besar. Yaaa walaupun enak dan indahnya alam tetap aja perlu ramai dan instant-nya kehidupan kota. Terus ya kita ngobrol-ngobrol panjang lebar kesibukannya apa aja dan lain sebagainya, asik sih orangnya. Gak kerasa udah sampe aja di Jakarta dan goncangan-goncangan tadi pun gak berasa karena asik ngobrol. Oh iya dia ke Jakarta katanya mau ngunjungin saudara yang tinggal disana. Kita masih ngobrol sampai kita berdua ngambil bagasi dan keluar. Terus kita pisah pas di luar terminal, eh dan ternyata kita baru nanya nama masing-masing pas mau pisah, nama dia Ema atau Emma gak tau deh. Kita juga lupa tuker-tukeran kontak dan lain sebagainya, karena gue lupa juga harus buru-buru pindah terminal buat flight ke Banjarmasin. Jadi hanya begitu pertemuan singkat sama stranger dengan percakapan yang padat dan berkualitas buat mengisi waktu diperjalanan, berkesan orangnya asik banget. Abis itu gue pindah terminal terus terbang deh pulang ke Banjarmasin. Then I'M HOME.

P.S. HOME! HOME! HOME!

No comments:

Post a Comment